Bukan hanya fisik saja wanita yang sedang hamil memiliki perubahan,
kebutuhan akan perhatian dan amannya dalam hubungan seks selama
kehamilan dengan pasangannya menjadi hal yang penting. Dari sisi
emosianal, wanita dalam masa kehamilan lebih sensitif, dan keintiman
sudah bisa mereka rasakan lewat sentuhan atau sekedar bicara berdua
dengan pasangan di tempat tidur sambil berpegangan tangan, meski begitu
hubungan seks sama sekali tidak dilarang selama masa kehamilan.
Inilah aturan-aturan yang harus Anda ketahui untuk melakukan seks yang aman ketika hamil :
- Posisi woman on top atau menyamping adalah posisi yang nyaman untuk wanita hamil.
- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.
- Penggunaan benda asing di sekitar vagina atau alat bantu seks, sebisa mungkin dihindari.
-
Rasa pengertian, empati, kreatifitas dan humor adalah aspek yang
sebaiknya ada ketika melakukan hubungan seksual pada saat kehamilan.
- Kapan pun, ibu hamil berhak mengatakan ’Tidak’
-
Jika kehamilannya memiliki resiko tinggi, penetrasi dan orgasme
sebaiknya dihindari sampai dokter menyatakan aman. Rangsangan melalui
puting juga harus dihindari pada kondisi kehamilan seperti ini.
- Hindari penetrasi jika air ketuban bocor atau pecah.
-
Kontak seksual dalam bentuk apa pun harus dihindari jika ibu hamil atau
pasangannya telah terkontaminasi atau terkena virus HIV. Gunakan kondom
jika memang tetap ingin melakukan aktivitas seksual. (An)
Merawt Vagina
Tinggal
di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat
ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan
reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah
berkembang biak dan eksosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan
bau tak sedap serta infeksi. Untuk itulah kita perlu menjaga
keseimbangan ekosistem vagina.
Ekosistem vagiana adalah lingkaran
kehidupan yang ada di vagina. Ekosistem ini dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu estrogen dan laktobasilus (bakteri baik). Jika
keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri
pathogen akan tumbuh sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi.
Sebenarnya
di dalam vagina terdapat bakteri, 95 persennya adalah bakteri yang baik
sedang sisanya bakteri pathogen. Agar ekosistem seimbang, dibutuhkan
tingkat keasaman (pH balance) pada kisaran 3,8 - 4,2. Dengan tingkat
keasaman tersebut, laktobasilus akan subur dan bakteri pathogen mati.
Banyak
faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem vagina, antara lain
kontrasepsi oral, diabetes melitus, pemakaian antibiotik, darah haid,
cairan mani, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching) dan gangguan
hormon (pubertas, menopause atau kehamilan).
Dalam keadaan
normal vagina mempunyai bau yang khas. Tetapi, bila ada infeksi atau
keputihan yang tidak normal dapat menimbulkan bau yang mengganggu,
seperti bau yang tidak sedap, menyengat, dan amis yang disebabkan jamur,
bakteri atau kuman lainnya. Jika infeksi yang terjadi di vagina ini
dibiarkan, bisa masuk sampai ke dalam rahim.
Susu yang alami
Untuk
menjaga kebersihan dan mematikan bakteri jahat di dalam vagina memang
tersedia produk pembersih daerah intim wanita. Dari sekian banyak merek
yang beredar rata-rata memiliki tiga bahan dasar.
Pertama, yang
berasal dari ekstrak daun sirih (piper betle L) yang sangat efektif
sebagai antiseptik, membasmi jamur Candida Albicans dan mengurangi
sekresi cairan pada vagina. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Amir
Syarif dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, penggunaan daun
sirih pada pengobatan keputihan, 90,0 persen pasien dinyatakan sembuh.
Sayangnya,
jika pembersih berbahan daun sirih ini digunakan dalam waktu lama,
semua bakteri di vagina ikut mati, termasuk bakteri laktobasilus.
Sehingga keseimbangan eksosistem menjadi terganggu.
Kedua,
produk-produk pembersih kewanitaan yang mengandung bahan Povidone
lodine. Bahan ini merupakan anti infeksi untuk terapi jamur dan berbagai
bakteri. Efek samping produk yang mengandung bahan ini adalah
dermatitis kontak sampai reaksi alergi yang berat.
Ketiga, produk
yang merupakan kombinasi laktoserum dan asam laktat. Laktoserum ini
berasal dari hasil fermentasi susu sapi dan mengandung senyawa laktat,
laktose serta nutrisi yang diperlukan untuk ekosistem vagina. Sedangkan
asam laktat berfungsi untuk menjaga tingkat pH di vagina.
Menurut
dr. Junita Indarti, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan penyakit
kandungan dari RSCM, susu mengandung zat aktif yang bisa diekstrak
menjadi asam laktat dan laktoserum, dan secara klinis terbukti
mengurangi keluhan rasa gatal, rasa terbakar dan keputihan pada vagina.
"Sebanyak
70 persen pasien yang datang berobat, keluhannya hanya seputar
keputihan. Setelah pasien dirawat dengan pemberian larutan asam laktat
dan laktoserum dua kali sehari selama dua minggu, tingkat kesembuhannya
mencapai 80 persen, hanya 5,4 persen yang mengalami efek samping berupa
ruam kulit" katanya menjelaskan.
Kombinasi asam laktat dan
laktoserum sebagai pembersih organ kewanitaan bersifat alami karena
tidak membunuh bakteri laktobasilus melainkan meningkatkan
pertumbuhannya. Salah satu produk yang pembersih wanita yang mengandung
bahan ini adalah Lactacyd, yang saat ini sudah bisa dibeli di outlet
toko obat.
Sebelum memutuskan memilih suatu produk, menurut
Junita ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, antara lain apa saja
keluhan yang dirasakan saat ini dan sebisa mungkin memilih produk yang
isinya mengandung zat-zat yang baik.
"Untuk pemakaian jangka
panjang sebaiknya memilih produk yang bisa memelihara ekosistem alami
vagina. Produk yang mengandung pembunuh bakteri sebaiknya hanya
digunakan untuk jangka pendek atau ketika ada masalah saja," tambah
Junita.
Kebisaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan
organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga
kesehatan kita. Jika ekosistem vagina terjaga seimbang, otomatis kita
akan merasa lebih bersih dan segar dan tentu saja lebih nyaman melakukan
aktivitas sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar